....
Aku pergi ke pantai yang tak terlalu jauh dari rumahku, dengan motor skuter yang kukendarai ini, tak sampai 1 jam aku sudah sampai di pantai itu.
Pantai yang cukup sepi, di daerah perkotaan yang seperti ini. Tapi intunglah, pantai yang sepi ini malahan lebih baik untuk meringkan bebanku, dibandingkan kota atau mall yang beuh… kalau ditanya ada berapa, pasti pada bilang beuh… juga. Gak keitung pastinya.
Jangan sia-siakan kesempatan emas ini, pantai nan indah, langit nan biru, dan suara ombak nan damai, semua itu berhasil menghilangkanku dari kesedihan dan terpurukkan ini, sahabat yang meninggalkanku karena sahabatku yang lain dulu pernah menyukaiku. Huft, lebai.
Tapi tiba-tiba…
Ada rombongan orang yang kira-kira berjumlah 9-13 orang yang memakai pakaian yang tertutup.Apakah mereka tidak tahu, kalau pantai itu dingin, apakah mereka tidak tahu bila memakai baju yang tertutup seperti itu lebih baik datang kepantainya malam-malam.
Dengan membawa seperangkat alat shooting, yang salah seorang jinjing, mereka sepertinya siap-siap untuk mengambil gambar.Tapi kok rasanya ada yang berbeda.Tidak seperti yang biasa kulihat, di pinggir pantai.Pengambilan shooting dilakukan oleh 5 orang yang sedang menikmati ombak, padahal biasanya yang di pantai itu shootingnya seperti main india-indiaan, joget-joget kesana kemari sambil bernyanyi-nyanyi.
Dari pada mengurusi mereka, lebih baik aku beli jagung bakar sore-sore begini.
Aku pergi menjauh dari orang-orang aneh tadi, dan pergi berniat mencari tukang jagung bakar.
“Bang! Jagungnya satu yang pedes yah!” pintaku kepada tukang jagung
“Sip, neng!” jawab tukang tersebut sambil mempersiapkan jagung yang hendak dibakar
Tiba-tiba, seseorang di belakangku menyerahkan uang senilai Rp. 10.000 kepada tukang jagung tersebut.Kuputar kepalaku, mencoba mencari tahu siapa itu, tapi ternyata dia adalah salah satu dari rombongan orang aneh yang datang tadi.
Kucoba melihatnya, orang yang sangat aneh, pikirku.Hari yang panas seperti ini, dia memakai jaket yang sangat tebal, sarung tangan, scraft, dan yang membuatku aneh dia tidak memakai kacamata, padahal hari ini sangat menyilaukan.
Ku ambil jagungku dari tukang jagung tersebut, dan diapun juga mengambil jagungnya.Dia mencoba melihatku dan tersenyum padaku, padahal aku tidak kenal siapa dia, dari matanya sih seperti orang-orang china.
Aku melangkah pergi meninggalkan mereke, tukang jagung dan orang china tadi.Tapi yang membuatku masih heran.Apa aku terkenal, sampai orang china yang sepertinya benar-benar orang asli china itu, tersenyum padaku, aku sungguh geer.
…
Langit sudah gelap, aku males untuk pulang kerumah. Walaupun orang tua mengkhawatirkanku tapi, kalau aku pulang juga pastinya kena marah juga.
Aku melihat jam, tak kusadari sudah jam setengah delapan, kalau aku pulang pasti sampai jam Sembilan lewat.
Aku berdiri mencoba membuat istana pasir, angin yang bertiuppun sangat kencang, topi yang tadi kupakai pun, sudah dimakan olehnya, dengan uang yang ada di kantongku aku tidak yakin bisa mendapatkan penginapan yang murah, untuk satu malam.
Aku berpikir sambil bermain pasir, melihat rombongan orang aneh tadi mengambil film, sepertinya mereka tidak berbicara memakai bahasa indonesai, tapi aku juga tidak tahu bahasa apa yang mereka pakai.
‘Brrr… Brrr’
Aku sudah merasa mati kedinginan, yang kurasakn sekarang hanyalah torpaan angin laut yang sangat kencang.Tiba-tiba sesorang membuyarkan kantukku.
“Excusme, don’t you fell so cold here, do you?” Tanya seseorang dari rombongan orang aneh tadi, awalnya aku sangat kaget.
“Oh yes, I do I feel so cold here, but I don’t have much money, to take a rest in hotel”, jelasku kepada sesorang yang tidakku kenal sama sekali
"Hmm, my friend looked at you when you arrived here, he felt you look so poor, and he told me to paying your payment in hotel”, jelasnya
“What do you think?”
“Oh sorry, I didn’t think anything, we will take a rest in different rooms”, jelasnya kembali meyakinkanku
“Ok, but I feel we never meet before, how can you do this in a girl that you never know?” tanyaku
“Yeah, I know, we never meet before, but my friend told me, as you’re his friend”, Goteg, mungkinkah itu Goteg?
“Where is him?”
“He’s in his room”
“What the number of his room?”
“I can’t tell it to you, and this is your room’s key”, ucapnya sambil memberikan kuci kamarku
“Thanks, must I pay it too?”
“No, this gift from my friend to you”
“Thankful”, tundukku
Sungguh keberuntungan yang tak terduga, tapi mungkinkah itu Goteg, apa dia sudah bertemu denganku sementara aku belum, jahatnya. Apa yang harus kulakukan sekarang?Ucapku dalam hati, aku dibayari kamar di hotel yang menurutku cukup mewah dengan seseorang yang mungkin kuketahui, tapi memang belum tahu.
Sudahlah, lebaih baik aku mensyukuri ini semua, ambil saja hikmahnya, dibayarin di hotel gratis. Aku tak tahu lagi harus berbuat apa, aku langsung pergi kekamar hotel yang telah diberitahukan, dengan kunci yang kupegang sekarang, aku bisa menikmati fasilitas kamar hotel yang cukup sangat mewah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar